Ketika aku melihat papan nama pada kios itu, hampir-hampir aku tidak
percaya pada apa yang kubaca: KIOS KEBENARAN. Mereka menjual kebenaran
di sana!
Gadis penjaga kios bertanya dengan amat sopan:
kebenaran macam apa yang ingin kubeli, sebagian kebenaran atau seluruh
kebenaran? Tentu saja seluruh kebenaran! Aku tidak perlu menipu diri,
mengadakan pembelaan diri atau rasionalisasi lagi. Aku menginginkan
kebenaranku: terang, terbuka, penuh dan utuh. Ia memberi isyarat, agar
aku menuju bagian lain dalam kios itu, yang menjual kebenaran yang utuh.
Pemuda
penjaga kios yang ada di sana memandangku dengan rasa kasihan dan
menunjuk kepada daftar harga. 'Harganya amat tinggi Tuan,' katanya.
'Berapa?' tanyaku mantap, karena ingin mendapat seluruh kebenaran,
berapapun harganya. 'Kalau Tuan membelinya,' katanya. 'Tuan akan
membayarnya dengan kehilangan semua ketenangan dalam seluruh sisa hidup
Tuan.'
Aku keluar dari kios itu dengan rasa sedih. Aku
mengira bahwa aku dapat memperoleh seluruh kebenaran dengan harga murah.
Aku masih belum siap menerima kebenaran. Kadang-kadang aku mendambakan
damai dan ketenangan. Aku masih perlu sedikit menipu diri dengan membela
dan membenarkan diri. Aku masih ingin berlindung di balik
kepercayaan-kepercayaanku yang tak boleh dipertanyakan.
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
KIOS KEBENARAN
Reviewed by Afrianto Budi
on
Rabu, November 02, 2011
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini