Kesabaran dan pengorbanan

Sudah satu bulan lebih aku selesai ujian tesis. Satu bulan penuh juga aku selesai yudisium. Aku senang atas prestasiku di Magister Manajemen UAJY. Itu hasil yang paling membanggakan dalam hidupku. Sabtu depan aku wisuda. Maku berharap semoga semuanya berjalan dengan baik. Amin

Selama ini, aku mencoba untuk mendaftar kerja, tp belum ada yang berhasil. Titel sebagai lulusan S2 saja tetep sulit cari kerja. Kegagalan demi kegagalan mulai aku rasakan. Aku sih yakin banget kalau kerjaan itu seperti jodoh. Kalau aku ndak diterima melamar di suatu tempat, berarti itu bukan jodohku. Aku percaya, akan tiba saatnya nanti aku akan bekerja di tempat yang seharusnya. Jadi dosen, atau pegawai bank, atau di perusahaan, aku tidak tahu. Yang penting aku kerja dengan nyaman plus dengan gaji yang besar. Pokoknya aku yakin banget, rejeki ku ndak akan pergi ke mana.

Kalau aku tega, setelah wisuda aku akan meninggalkan jogja dan akan mengadu nasib di jakarta atau di tempat lain. Aku sudah pengen banget kerja. Ahhh, pengen ngrasain dapet gaji lagi. Pengeeen banget. Tapi ya itu, aku sayang Dedi. Makanya aku berniat akan memulai karirku di Jogja. Sedapat mungkin sampai April aku akan tetap di jogja. Syukur-syukur aku akan dapat kerjaan yang bagus di jogja. Aku harus sabar dan tidak mudah putus asa.

Ya, sekarang aku pengen ndampingi Dedi belajar. April tinggal 3 bulan lagi. Aku kecewa karena nilai2 dedi begitu parah. Belajarnya ndak semangat. SMSan terus. Tadi malam aku nasihatin dia biar jangan terlalu sering SMSan. Aku sedikit mengancam dedi; kalau terus-terusan SMSan dan masih santai-santai, akan kutinggal dia ke Jakarta. Ke depannya, akan ada banyak gertakan untuknya agar dia mau bersungguh-sungguh belajar demi Ujian Nasional yang bentar lagi mau dia hadapi. Aku ingin berkorban banyak untuknya. Aku berharap, aku bisa membantunya belajar untuk menghadapi ujian besok. Nilai-nilai try outnya akan terus kupantau. Kalau jelek, akan kugertak. Dia harus bisa.

Dedi, ayo semangat.