Bosan rasanya mendengar berita polemik rencana "Konser Lady Gaga" di Indonesia. Secara pribadi, saya heran dengan ocehan ormas-ormas yang mengatasnamakan agama itu. Mereka ngotot konser dibatalkan. Padahal, puluhan ribu tiket ludes sudah terjual. Pembelinya juga dari dalam dan luar Indonesia.
Kenapa sih, Indonesia, eh, bukan Indonesia, hmmm... agama itu, eh bukan agama itu, ya... ormas-ormas sok suci itu melarang seorang artis konser di Indonesia. Aku pikir, mereka menganggap diri mereka, umatnya, dan Indonesia tidak punya diskresi dan pertimbangan untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang layak ditonton dan mana yang tidak. Tindakan mereka seperti orang tua kolot yang melarang anak ABG nya pergi ke kafe, membuka internet, pulang malam, bahkan makan makanan yang biasa orang makan. Mereka pikir rakyat Indonesia negara ABG, yang masih labil dan tidak punya kedewasaan sama sekali.
Saya masih ingat setiap kali bulan puasa, warung-warung makan takut berkativitas pada pagi hingga sore hari. Kalau ada yang berani buka, bisa-bisa warung dilempari batu, bahkan dibakar oleh segelintir orang. Bahkan, menjadi hal yang tidak aneh lagi di telinga saya ketika orang-orang dipukuli ketika mereka ketahuan makan di bulan puasa. Saya geregetan mendengarnya. Ya bagiku, itu sikap yang sama sekali tidak dewasa. Kalau mau puasa, puasa saja lah. Ketika melihat warung-warung tetap buka, ketika melihat ada orang makan di rumah makan atau di tempat umum, justru itu tantangannya orang berpuasa. Itu menurutku sih... Ndak tahu prinsip mereka.
Soal konser Lady Gaga dan soal puasa ada kesamaan di situ. Kalau tidak suka, kalau merasa tidak bermoral, kalau merasa tidak bisa melihat seni di dalam pribadi atau di dalam konser itu, ya ndak usah beli tiket. Kalau mau melarang istri-istri mereka, anak-anak dari istri-istri mereka, atau anggota mereka, ya silakan. Suka deh kata kakek Gusdur, "Gitu aja kok repot".
Tentu, subjek 'mereka' yang saya maksud adalah segelintir orang. Saya sungguh tidak bermaksud untuk mengeneraliasi, atau sempit mengkritik agama tertentu. Saya yakin, 90% orang Indonesia tetap didominasi oleh para pemeluk agama yang toleran dan dewasa.
Memang, tinggal di negara ABG repot. Kalau begini terus, Indonesia akan tetap beku dan tidak berkembang. Tapi mungkin situasi itulah yang membuat mata pencaharian dan sumber perekonomian para menyuara moral dan agama tetap aman dan terkendali.
Ini hanya opini.
Kenapa sih, Indonesia, eh, bukan Indonesia, hmmm... agama itu, eh bukan agama itu, ya... ormas-ormas sok suci itu melarang seorang artis konser di Indonesia. Aku pikir, mereka menganggap diri mereka, umatnya, dan Indonesia tidak punya diskresi dan pertimbangan untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang layak ditonton dan mana yang tidak. Tindakan mereka seperti orang tua kolot yang melarang anak ABG nya pergi ke kafe, membuka internet, pulang malam, bahkan makan makanan yang biasa orang makan. Mereka pikir rakyat Indonesia negara ABG, yang masih labil dan tidak punya kedewasaan sama sekali.
Saya masih ingat setiap kali bulan puasa, warung-warung makan takut berkativitas pada pagi hingga sore hari. Kalau ada yang berani buka, bisa-bisa warung dilempari batu, bahkan dibakar oleh segelintir orang. Bahkan, menjadi hal yang tidak aneh lagi di telinga saya ketika orang-orang dipukuli ketika mereka ketahuan makan di bulan puasa. Saya geregetan mendengarnya. Ya bagiku, itu sikap yang sama sekali tidak dewasa. Kalau mau puasa, puasa saja lah. Ketika melihat warung-warung tetap buka, ketika melihat ada orang makan di rumah makan atau di tempat umum, justru itu tantangannya orang berpuasa. Itu menurutku sih... Ndak tahu prinsip mereka.
Soal konser Lady Gaga dan soal puasa ada kesamaan di situ. Kalau tidak suka, kalau merasa tidak bermoral, kalau merasa tidak bisa melihat seni di dalam pribadi atau di dalam konser itu, ya ndak usah beli tiket. Kalau mau melarang istri-istri mereka, anak-anak dari istri-istri mereka, atau anggota mereka, ya silakan. Suka deh kata kakek Gusdur, "Gitu aja kok repot".
Tentu, subjek 'mereka' yang saya maksud adalah segelintir orang. Saya sungguh tidak bermaksud untuk mengeneraliasi, atau sempit mengkritik agama tertentu. Saya yakin, 90% orang Indonesia tetap didominasi oleh para pemeluk agama yang toleran dan dewasa.
Memang, tinggal di negara ABG repot. Kalau begini terus, Indonesia akan tetap beku dan tidak berkembang. Tapi mungkin situasi itulah yang membuat mata pencaharian dan sumber perekonomian para menyuara moral dan agama tetap aman dan terkendali.
Ini hanya opini.
Mereka pikir Indonesia negara "ABG"
Reviewed by Afrianto Budi
on
Kamis, Mei 17, 2012
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini