Dalam tasrif bahasa Latin, ad hominem terdiri dari kata ad dan hominem yang artinya "mengenai orang". Ad hominemini sebenarnya singkatan dari argumentum ad hominem. Jadi, pada dasarnya istilah ini selalu dikaitkan dengan sebuahargumentum atau pendapat. Dalam ilmu Logika, argumentum ad gominem menjadi salah satu bentuk sesat pikir.
Argumentum ad hominem adalah cara berargumentasi yang keliru dimana orang yang mengemukakan argumentasi yang diserang, bukannya argumen itu sendiri. Kekeliruan ini ada dalam beberapa bentuk. Contohnya: penyerangan terhadap karakter, kebangsaan, atau agama orang yang bersangkutan, yang tidak ada hubungannya dengan argumentasi yang di kemukakan. Seseorang menyerang dengan ad hominem dengan alasan karena ia ingin mendapatkan kesimpulan yang menguntungkan.
Dengan mengumpulkan berbagai sumber, saya mencatat ada tiga jenis argumentum ad hominem, yaitu:
1. Ad Hominem Abusive
Argumentum ad hominem abusive adalah argumen yang diarahkan untuk menyerang pribadinya secara langsung. Penerapan argumen ini dapat menggambarkan tindak pelecehan terhadap pribadi individu yang menyatakan sebuah argumen. Hal ini keliru karena ukuran logika dihubungkan dengan kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumennya. Argumen ini juga dapat menggambarkan aspek penilaian psikologis terhadap pribadi seseorang. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan pandangan. Ukuran logika (pembenaran) pada sesat pikir argumentum ad hominem jenis ini adalah kondisi pribadi dan karakteristik personal yang melibatkan: gender, fisik, sifat, dan psikologi.
Contoh: Eh, nggak usah komentar panjang lebar kalau ke dia, percumah, dia itu agak gila, otaknya cacat.
2. Ad Hominem Circumstantial
Alih-alih menyanggah dengan pernyataan atau argumen, si penjawab tersebut menyerang hubungan si penulis dengan lingkungannya / keadaannya. Pada umumnya ad hominem Tipe II menunjukkan pola pikir yang diarahkan pada pengutamaan kepentingan pribadi, sebagai contoh: suka-tidak suka, kepentingan kelompok-bukan kelompok, dan hal-hal yang berkaitan dengan SARA.
Contoh : Ngapain kamu pake tanya-tanya kenapa kami saling bertengkar dan menyalahkan, orang nggak seagama kok ikut campur urusan orang. Urusi saja kitabmu yang banyak editan.
3. Ad Hominem Tu Quoque
Intinya adalah suatu bentuk penyerangan kepada si penulis dengan memberi catatan bahwa si penulis tidak menjalankan apa yang ia katakan atau ajarkan.
Contoh: Halah, kamu ikut-ikut nimbrung nulis soal poligami dan koar-koar monogami, tapi selingkuhannya banyak.
Menggunakan argumentum ad hominem bukanlah cara yang etis dalam memberikan komentar. Selain menjadi sebuah sesat pikir dalam ilmu Logika, penggunaan argumentum ad hominem justru tidak mendukung harapan kompasiana untuk memberikan artikel dan komentar yang dialogis dan bermanfaat.
Filsuf Kampung, 22 Juni 2012, diolah dari berbagai sumber
Argumentum Ad Hominem
Reviewed by Afrianto Budi
on
Jumat, Juni 22, 2012
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini