Halo
kampungers, priben kabare? Waras kabeh mbok ya? Moga-moga pada sehat kabeh
lan ora kena penyakit sipilis lan tangga teparone.
Topik anget yang akan saya goreng biar panas di sini adalah langkah menteri
kesehatan baru kita yang mengkampanyekan penggunaan kondom. Di antara alat
kontrasepsi yang beredar di negara ini, kondom adalah barang yang mampu
melindungi penggunanya dari sipilis (bukan sepilisnya tetangga sebelah loch),
raja singa, HIV-AIDS, dan penyakit kelamin yang lainnya.
Namanya saja kampanye. Nafsiah Mboi mensosialisasikan penggunaan kondom
kepada kelompok seks berresiko, ternasuk para remaja dan kaum muda. Survey memang
membuktikan bahwa jumlah penderita HIV-AIDS di Indonesia meningkat setiap
tahunnya (ada
data).
Aceh sebagai provinsi yang menerapkan syariat Islam bagi rakyatnya pun
mengalami kenaikan jumlah penderita HIV-AIDS. Saat ini tercatat menjadi 110
kasus, sekitar 60 orang di antara penderitanya dilaporkan meninggal dunia (liputan6.com).
Dengan kota Serambi Mekkah sebagai standar, daerah lain di Indonesia bisa
dibayangkan jumlahnya. Untuk mengatasi itu, Nafsiah Mboi menyadari bahwa kondom
menjadi salah satu cara terambuh dalam menekan angka penderita HIV-AIDS. Ini
adalah langkah seorang Menteri Kesehatan.
Diprotes MUI dan FPI
Naaah, MUI dan tak ketinggalan anak buahnya, FPI, mencak-mencak protes atas
kebijakan tersebut. Habib Rizieq Syihab dengan tegas menyatakan Nafsiah Mboi
sebagai menteri cabul dan liberal karena mengkampanyekan kondom bagi remaja
yang belum menikah. P
rotes serupa juga disampaikan oleh Ketua MUI, Amidhan. Ia mengatakan, pihak
MUI berencana untuk menyampaikan surat protes kepada presiden. ''Jadi kalau
saya melihat lebih besar mudhorotnya kalau menyarankan generasi remaja untuk
menggunakan kondom. Karena hal itu sama juga mendorong mereka untuk nge-seks,''
tandasnya (Republika.co.id).
Justru Tamparan Bagi MUI
dan Pemuka Agama
Kini saatnya kita berdiscernment mengenai ranah dan wewenang masing-masing.
Bagi saya, langkah menkes sudah benar. Sosialisasi penggunaan kondom memang
perlu diberikan kepada remaja dan kelompok seks berresiko untuk menghindari
HIV-AIDS. Sosialisasi ini beriringan dengan kampanye penggunaan alat
kontrasepsi lain untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Soal banyaknya remaja yang sudah ngeseks sebelum dihalalkan, bukankah itu
justru urusan MUI, para ulama, dan para memuka agama? Merekalah yang harus
berupaya dari segala arah untuk menghembuskan seruan moral kepada para remaja
dan kaum muda. Kasus ini justru tamparan bagi MUI dan para pemuka agama.
Meningkatnya jumlah penderita HIV-AIDS dan juga kasus aborsi sebagai akibat
dari seks yang tidak halal pertama-tama adalah kegagalan MUI, ulama, dan para
memuka agama, bukan kegagalan menteri kesehatan! Menkes di sini hanya
menjalankan tugasnya sebagai menteri kesehatan, yaitu mencegah HIV-AIDS.
Data dari menkes dapat dipakai MUI, para ulama, dan para memuka agama untuk
merefleksikan metode ‘dakwah moral’nya. Menkes pasti akan bersyukur dan
berterimakasih kalau MUI, para ulama, dan para memuka agama dapat bekerja
dengan baik dalam hal ini.
Dimuat juga di Filsuf-Kampung
Jogja, 20/6/2012
NB: Hanya menerima komentar yang santun dan sopan serta diskretif.
Kondom Menkes Tamparan bagi MUI
Reviewed by Afrianto Budi
on
Selasa, Juni 19, 2012
Rating:
Yaaa...hh. Mas, biar MUI dan seluruh ulama sampe putus urat lehernya meneriakkan seruan moral agar menghindari seks bebas kalo sistem informasi dan tata sosial masih amburadul gini, ya ngeseks bebas bakal jalan terus.
BalasHapusHahaha... Lha, itu tantangan globalisasi yang tak mungkin dihindari. Ada persoalan, pasti ada solusi, saya yakin itu :D
Hapus