banner image

Pancasila dan Tuhan yang Maha Esa


krupukcair.wordpress.com
krupukcair.wordpress.com

Tiga jam lagi, kita memperingati hari lahirnya PANCASILA. Usia 66 tahun memang bukan usia yang membahagiakan untuk manusia. Pemazmur mengatakan masa hidup manusia 70 tahun, dan jika kuat 80 tahun(Mzm 90:10). Kalau Pancasila itu manusia, maka kini beliau sudah renta, dan hampir mati.

Tapi memang, Pancasila nyaris mati. Tak ada yang suka meneriakkan lima sila pancasila. Tak ada yang suka upacara bendera. Upacara bendera kini hanya dilakukan oleh anak-anak SD yang belum pernah paham fanatisme agama, hancurnya kemanusiaan yang beradab, rusaknya persatuan, voting yang meniadakan musyawarah mufakat, dan keserakahan pejabat. Pancasila tak lagi perkasa.
Salah siapa kalau Pancasila tak lagi perkasa? Sepertinya salah menafsirkan Ketuhanan yang Maha Esa. Kenapa harus Maha Esa? Harusnya khan ikutin usulnya Ir Sukarno: “Ketuhanan yang Berkebudayaan”. Gara-gara Tuhan yang Maha Esa, maka sekarang banyak umat beragama yang tidak suka yang berbeda. Gara-gara kata Maha Esa, muncullah sentimen beragama.

Sentimen beragama itu berbahaya. Apa buktinya? Mungkin Anda membaca tulisan ini karena ada kata-kata “AGAMA” atau yang berbau soal AGAMA. Misalnya: Liberal, Islam, Kristen, Yahudi, Israel, FPI, MUI, ataupun keyword sejenisnya. Untuk apa Anda membacanya? Saya tidak tahu motivasi Anda. Tapi saya mengamati beberapa kompasianer tidak suka bicara halus saat diskusi soal agama. Kompasiana bisa menjadi manifestasi kecil bangsa Indonesia tentang sentimen beragama.
Ketuhanan yang Maha Esa membuat semakin banyak orang yang mudah marah dan terprofokasi kalau ada yang (sedikit-banyak) membicarakan agama yang dianutnya. Orang menjadi mudah murka kalau disebut nama nabi dan tuhannya. Bahkan inbox Dewa Gilang saja dipenuhi dengan cacian dan kata-kata kotor hanya karena menyebut diri sebagai seorang yang liberal tanpa mereka tau isi otak dan pemikiran Dewa Gilang yang sesungguhnya.

Ketuhanan yang Maha Esa membuat tempat ibadah minoritas sulit berdiri di tanah Indonesia. Bukanya membantu menguruskan Izin Mendirikan Bangunan bagi saudara-saudara sebangsanya, beberapa kelompok orang yang Berketuhanan yang Maha Esa justru melempari bangunan dengan batu serta tinja dan mengusir orang-orang yang mau menghadap Tuhannya. Sungguh pintar mereka menjalankan sila Ketuhanan yang Maha Esa.

Bukan salah Pancasila kalau tertulis Ketuhanan yang Maha ESA karena masih ada empat sila lainnya. Masih ada EKA di lambang Garuda Pancasila “Bhineka Tunggal Ika”. Tak peduli  agama situ apa, itu urusan Anda. Urusan saya adalah, apakah Anda mencintai keseluruhan sila Pancasila sebagai bagian dari hidup Anda?
Kalau Anda mencintai Pancasila, berdoalah tengah malam ini untuk kelahirannya. Berdoalah agar jangan lagi ada menutup tempat ibadah dan mengusir orang berdoa. Biarlah Masjid, Gereja, Vihara, Pura, Klentheng, dan tempat ibadah lainnya berdiri tenang di Indonesia. Biarlah Tuhan (yang tidak butuh dibela) bekerja di hati kita untuk menghidupkan kembali Pancasila.

Aan Anak Bangsa Cinta Pancasila.
Pancasila dan Tuhan yang Maha Esa Pancasila dan Tuhan yang Maha Esa Reviewed by Afrianto Budi on Minggu, Juni 03, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini

Diberdayakan oleh Blogger.