banner image

Untuk Dewa Gilang: Nabi Tidak Pernah Dihormati di Kampung Halamannya Sendiri


Ia datang ke Nazaret  tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
"Roh Tuhan ada pada-Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik p  kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan  telah datang."
Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"
Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. (Luk 4: 16-24)


---------------------0{}0--------------------

Membaca kutipan Injil tersebut saya teringat akan teman saya di kompasiana, seorang pemuda yang berusaha menyuarakan suatu kebenaran tetapi dicela habis-habisan. Saya sendiri yang merasa di luar  ("lain" dari) mereka merasa bahwa teman saya ini menyatakan suatu kebenaran dan pengetahuan yang mendalam. Saya menyebut demikian karena apa yang ditulisnya sungguh didasari oleh sumber yang baik dan niat yang baik. Pembaca "lain" seperti saya merasakan hal itu.
Mengapa banyak orang yang mencela dan mempertanyakan pribadi si Pemuda itu? Karena mereka memiliki kebenaran lain yang sedang mereka yakini. Entah kebenaran itu berdasar atau tidak, kita tidak tahu. Kita tidak tahu seberapa besar pengetahuan yang mereka dan dia miliki untuk mengungkapkan suatu kebenaran. Sebagai orang "luar" saya hanya melihat si pencela mencela tanpa dasar yang kokoh (setidaknya hingga saat ini). Namun berbeda dengan para pencela, ia  sungguh menjelaskan tentang suatu kebenaran disertai dengan sumber yang jelas dan terpercaya.
Tetapi... inilah tantangan kenabian seorang yang ber-Tuhan. Tugas kenabian seorang yang ber-Tuhan adalah mengungkapkan kebenaran. Namun sayangnya, seorang nabi memang tidak pernah dihormati di "kampung halamannya sendiri." Kata Yesus demikian. Bukankah jutru orang di luar Nazareth yang banyak mengalami mukjizat Tuhan? Injil Sinoptik dan Yohanes telah menjawabnya.
Saya yang berasal dari "luar" sungguh merasa mengalami suara kenabian dari pemuda itu. Setidaknya bagi saya, ia telah membabat habis beberapa kesan buruk akan keyakinan dan imannya. Ia telah membisikan kepada telinga saya bahwa keyakinan dan imannya juga indah dan penuh kasih. Satu kata, terimakasih.


Salam Gitu aja Kok Repot ^,^
Untuk Dewa Gilang: Nabi Tidak Pernah Dihormati di Kampung Halamannya Sendiri Untuk Dewa Gilang: Nabi Tidak Pernah Dihormati di Kampung Halamannya Sendiri Reviewed by Afrianto Budi on Selasa, Juni 12, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini

Diberdayakan oleh Blogger.