banner image

Republika dan Detik Menyebar Kebohongan dan Kesalahan pada Bulan Ramadhan?

oleh Jessica Siscawati dan Auditory Pasta

The world is still deceiv'd with ornament,
In law, what plea so tainted and corrupt,
But, being season'd with a gracious voice,
Obscures the show of evil? In religion,
What damned error, but some sober brow
Will bless it and approve it with a text,
Hiding the grossness with fair ornament?

~ William Shakespeare

Beberapa waktu lalu dunia maya Indonesia dihebohkan dengan foto-foto palsu "pembantaian Rohingya". Beberapa foto yang sama sekali tak berhubungan, seperti foto aktivis Tibet yang sedang protes membakar diri dengan bendera Tibet jelas berkibar di latar belakangnya, diklaim sebagai Muslim Rohingya yang sedang "dibantai" di Myanmar. Untungnya, bantahan terhadap foto-foto palsu tersebut sudah disebarluaskan.[1]

Menyebarkan kebohongan semacam ini jelas merupakan tindakan yang tidak terpuji dan dapat memprovokasi. Namun, tampaknya bangsa kita kurang dapat menjadikan hal ini sebagai pelajaran untuk menjadi kritis dan skeptis terhadap segala hal. Lagi-lagi, kebohongan disebarkan (ironisnya pada bulan Ramadhan ini), dan banyak orang yang sejauh ini percaya saja. Yang patut disayangkan adalah, kali ini penyebarnya adalah dua media yang cukup besar di Indonesia yaitu Republika dan Detik. Kebohongan yang disebarkan pun modusnya mirip dengan kasus foto Rohingya, yaitu penggunaan foto yang tak berhubungan dan penyebaran informasi yang salah. Seperti apa? Simak kedua gambar ini:


Tautan aslinya: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/12/08/13/m8l2t8-ahli-fisika-ini-jadi-mualaf-karena-matahari-mengapa-1 (penulis Endah Hapsari) dan http://ramadan.detik.com/read/2012/08/16/112331/1993014/631/4/para-ilmuwan-ini-menjadi-muslim-setelah-melakukan-riset-ilmiah992204cbr (penulis Sukma Indah Permana)

(Addendum dari penulis: Setelah pemaparan kami di sini menyebar dengan luas, tercatat pada tanggal 19 Agustus 2012 sore menjelang malam, Detik sudah menghapus artikelnya, sementara Republika mengubah gambarnya walaupun masih ngotot memajang artikelnya yang, seperti yang kami paparkan di bawah, juga ngawur. Sangat disayangkan belum ada pertanggungjawaban dari kedua media tersebut melalui permintaan maaf kepada Professor Sean Ling serta publik yang menjadi korban. Tapi satu hal yang pasti, peristiwa memalukan ini telah terekam oleh screenshot di atas)

(Addendum 2: ternyata Detik tidak menghapus artikelnya, tetapi mengganti tautannya ke http://ramadan.detik.com/read/2012/08/19/200639/1995122/631/5/para-ilmuwan-ini-menjadi-muslim-setelah-melakukan-riset-ilmiah dan juga mengganti gambarnya. Sangat disayangkan artikel menyesatkannya tidak dihapus, dan sejauh ini mereka belum meminta maaf kepada korban terutama Professor Sean Ling. Ada baiknya momen Idul Fitri ini dimanfaatkan dengan baik.)

Seperti yang bisa dilihat, Detik dan Republika melaporkan bahwa seorang professor fisika Ukraina yang bernama Demitri Bolykov menjadi mualaf setelah percobaannya membuktikan bahwa Matahari bisa terbit dari barat. Simaklah kedua gambar di atas, dan perhatikan foto "Demitry Bolykov" yang dipasang. Tanpa bermaksud rasis, penulis cocologi.tumblr.com sejak awal sudah curiga karena yang disebut adalah peneliti berkebangsaan Ukraina, tetapi wajahnya oriental. Ternyata, setelah melakukan pencarian, ditemukan bahwa foto itu merupakan foto orang lain, yaitu foto Professor Xinsheng Sean Ling dari Universitas Brown. Untuk memeriksanya, bukalah tautan ke situs resmi Universitas Brown ini http://research.brown.edu/research/profile.php?id=1132089494 http://www.physics.brown.edu/physics/userpages/faculty/Sean_Ling/ling.htm dan ini adalah fotonya bersama rekannya di Pittsburgh http://www.physics.brown.edu/physics/userpages/students/Sungcheol_Kim/ling/index.html Penulis sendiri juga menemukan akun facebook pribadi Professor Xinsheng Sean Ling, dan tentu saja telah melaporkan peristiwa tak terpuji ini, namun karena alasan privasi tautan akunnya tidak akan penulis bagikan.

BUKAN Demitry Bolykov! Foto Professor Sean Ling yang sembarangan diambil.

Sangat disayangkan media sebesar Republika dan Detik melakukan hal seperti ini. Selain melanggar hak cipta, tindakan ini bisa membuahkan gugatan hukum dari Professor Xinsheng Sean Ling. Tapi tunggu dulu, ternyata informasi yang dimuat oleh Republika dan Detik juga merupakan kesalahan yang fatal.

Pertama-tama, nama Professor Demitry Bolykov dan teorinya "gerak integral elektro magno-dinamika" tidak dapat ditemukan di situs dan jurnal ilmiah manapun. Pencarian terhadap nama Nicolai Kosinikov juga tidak membuahkan hasil. Penelusuran di google hanya menunjukkan tautan dari situs-situs blog yang melaporkan kemualafan sang professor. Dari sini sudah cukup mencurigakan dan sudah merupakan modus hoax untuk mengarang nama seseorang yang tampak ahli.

Kemudian, apabila membaca pemaparan teori sang professor, tampak bahwa professor itu, kalaupun memang ada, merupakan professor gadungan karena kontennya penuh dengan kesalahan. Mari kita ulas satu per satu.

Sampel bola
"Peneliti ini merancang sebuah sempel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan dan ditempatkan pada badan bermagnet yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus."

Terdapat beberapa keganjilan dalam penjelasan di atas. Elektroda adalah kutub, untuk menciptakan sebuah kutub pada rangkaian listrik, maka kita harus membuka rangkaian tersebut (open circuit) dan dengan demikian menghentikan arus yang mengalir. Jika tidak ada arus yang mengalir (terdapat kutub / elektroda) maka bagaimana bisa ada arus yang saling berlawanan?

"Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya."

Sekali lagi ada keganjilan dalam kalimat ini. Dikatakan arus listrik berjalan pada dua elektroda. Dengan mengacu pada penjelasan sebelumnya, maka harus ditanyakan arus mengalir dari katode menuju anode (sedangkan elektron sebaliknya) melalui media apa? Apakah tegangan antar elektroda tersebut begitu tinggi hingga terjadi lompatan api? Akan lebih masuk akal kalau elektroda ini kita ganti dengan seutas kawat dengan arus bolak balik, atau dua utas kawat dengan arus yang berlawanan arah. Tapi tentunya saya tidak bisa mengubah eksperimen ini tanpa mengubah hasil eksperimennya.

Paling tidak beberapa bagian dari kalimat tersebut mengandung kebenaran, misalnya arus listrik memang bisa menimbulkan medan elektromagnet dengan arah yang ditentukan oleh aturan tangan kanan. (buatlah simbol like facebook dengan tangan kanan, jempol adalah arah arus, jari lainnya yang berputar adalah arah medan magnet)

Kemudian, jika kita mengabaikan penjelasan di atas dan tetap memaksa untuk menerima penjelasan tulisan tersebut, tetap ada bagian yang tidak masuk akal, yaitu bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut berputar pada porosnya ketika arus mengalir (kalau memang bisa mengalir).

Gaya apa yang menyebabkan putaran ini? Dengan minimnya informasi yang diberikan oleh kalimat ini, saya hanya bisa mengasumsikan bahwa papan-papan tipis dari logam tersebut terinduksi oleh medan magnet, sehingga termagnetisasi dan terdorong oleh gaya tarik menarik yang dihasilkan oleh elektromagnet dan papan logam.

Namun ,siapapun yang pernah melakukan percobaan sederhana mengenai elektromagnet juga tahu kalau seutas kawat (apalagi elektroda tanpa arus) tidak akan menghasilkan gaya magnet yang besar. (kecuali tegangannya luar biasa besar sekali banget) Salah satu kunci membentuk elektromagnet yang kuat adalah jumlah kumparan yang banyak.

Baik, kita asumsikan bahwa eksperimen ini menggunakan arus yang sangat besar sehingga menciptakan gaya magnet yang besar juga pada seutas kawat tanpa kumparan.

Lalu bagaimana cara menjelaskan putaran bola tersebut?

Seperti yang kita tahu, magnet akan tarik menarik antar kutub yang berlawanan, dan tolak menolak pada kutub yang sama. Pada benda-benda yang sifatnya feromagnetik, yang terjadi sebetulnya adalah benda tersebut terinduksi atau termagnetisasi akibat medan magnet yang mempengaruhinya, sehingga muncul kutub utara dan selatan pada benda tersebut yang mengakibatkan tarik menarik antara dua kutub yang berlawanan (seakan-akan terdapat dua magnet dengan kutub yang berlawanan).

Jika arah medan magnetnya tidak pernah berubah, maka jelas yang terjadi adalah logam menempel pada magnet, titik. Tidak akan terjadi putaran apapun pada benda tersebut. Sedangkan jika arah medan magnetnya berubah (seperti medan magnet yang dihasilkan oleh kawat yang dialiri arus bolak balik / AC) apa yang akan terjadi? Ternyata medan magnet yang berubah-ubah itu juga mengakibatkan kutub-kutub dari logam yang terinduksi berubah tempat. Sehingga tetap tidak akan terjadi perputaran.


"Fenomena ini dikenal dengan istilah "Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika". Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya. Menurut Bolykov, pada realita di alam ini, daya matahari merupakan "kekuatan penggerak" yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya."

Seperti yang sudah dikatakan di atas, setelah melakukan penelusuran di google, tidak ada satu pun dokumen atau jurnal ilmiah yang menjelaskan Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika (selain salin tempel artikel bersangkutan)

Selain itu, fakta yang paling penting sebenarnya adalah bahwa sumbu rotasi Bumi sama sekali tidak dipengaruhi oleh gaya yang dihasilkan oleh magnet maupun listrik baik dari bumi maupun matahari.[2] Fakta ini sangat fatal, karena sang pembuat hoax sudah membuat karangan panjang tentang medan magnet, tetapi sayangnya salah sasaran.

Maka, simpulannya adalah:
1. Eksperimen di atas adalah eksperimen-eksperimenan yang tidak jelas praktikalitasnya dan tidak ilmiah.
2. Hoax di atas dengan mudah gugur karena adanya fakta bahwa rotasi Bumi bukan dipicu oleh magnet.

Kesalahan interpretasi data

Di artikel Detik dan Republika (bagian 2), data dari NASA bahwa kutub magnetik sedang bergeser dari Amerika Utara ke Siberia 40 km per tahun dicatut. Namun, jelas si penulis dan si professor gadungan (kalaupun memang ada) tidak paham perbedaan antara true magnetic pole atau kutub magnetik yang sesungguhnya dengan true pole atau kutub sesungguhnya yang berkaitan dengan poros rotasi. Data yang dimiliki NASA berkaitan dengan pergeseran kutub magnetik, bukan pergeseran poros rotasi Bumi.[3] Perlu dicatat bahwa pergeseran (bahkan pembalikan) kutub magnetik Bumi telah terjadi beberapa kali dalam sejarah Bumi selama 4,5 miliar tahun tanpa implikasi yang berarti selain mengubah arah kompas dan igneous basalt yang membeku di dasar laut Bumi yang membuat ilmuwan tahu bahwa kutub magnetik pernah bergeser.[4] Seperti yang bisa dilihat di diagram sejarah Bumi berikut (sumber: Wikimedia Commons), warna hitam merupakan saat kutub magnetnya sama dengan sekarang. Maka, jelas bahwa pencatutan data ini salah sasaran karena tidak berhubungan sama sekali dengan perubahan arah rotasi yang akan membuat matahari terbit dari barat.


Apakah arah rotasi Bumi bisa berubah?

Agar arah rotasi Bumi bisa berubah sehingga Matahari terbit dari barat, kemiringan sumbu Bumi harus sangat ekstrem seperti Venus yang inklinasinya 177 derajat. Saat ini, kemiringan sumbu Bumi adalah sekitar 23,4 derajat, dan akan tetap stabil dalam angka itu karena perturbasi dan interaksi dengan Bulan.[5]

Syarat agar kemiringan Bumi bisa seekstrem Venus adalah harus ada energi sebesar 2,1 x 1029 joule, dan energi sebesar itu hanya bisa didapat dari tabrakan dengan benda langit yang massanya 5% Bumi. Akan tetapi, sejauh ini asteroid (kini tak lagi dikategorikan sebagai asteroid tapi sebagai planet katai) terbesar yaitu Ceres massanya hanya 0,0158% Bumi. Jadi kemungkinan terjadinya sangat kecil dan tampaknya tak akan terjadi dalam jutaan tahun ke depan, kecuali jika kita kembali ke masa cakram-cakram protoplanet miliaran tahun silam.

Meskipun kemungkinan terjadi ada walaupun sangat kecil, tetapi hal tersebut tidak akan sesuai dengan Quran. Menurut tafsir Ibnu Kathir:

"Verily a night equivalent to three of your nights will come upon people. When it comes, those who engage themselves in worship during the night will recognize it. A person will stand in prayer, read a section of the Quran and then go to sleep. Thereafter, he will wake up, stand in prayer and read a section of the Quran, then go to sleep. While this condition remains, the people will begin to shout, scream and call one another. They will say, "What is this?" With fear, they will run to the mosque. To their surprise, they will see that the sun has risen from the West. When it reaches the middle of the sky, it will return and set in the West." He said  صلى الله عليه وسلم , "That is when becoming a believer (in Islam after witnessing this Sign) will no longer be of benefit (because after the sun rises from the West, Allah will no longer accept declarations of faith )."[6]

Seperti yang bisa dibaca, matahari akan terbit dari Barat, lalu setelah mencapai tengah langit akan tenggelam kembali ke Barat. Namun, apabila Bumi ditabrak oleh benda langit yang cukup besar, perubahan arah rotasi akan berlangsung selamanya hingga ada energi besar yang mampu memicu pergeseran itu lagi! Dan kemungkinan agar Bumi bisa ditabrak dua benda langit yang sangat besar dalam waktu yang berdekatan seperti itu sangat sangatlah kecil, sehingga segala upaya pencocok-cocokan rotasi retrograde dengan ayat Quran tidak akan pernah berhasil.

Sains dan agama tidak dapat dicocok-cocokan karena, seperti kata Stephen Jay Gould dalam usulan NOMA (non-overlapping magisteria)-nya, keduanya berada di ranahnya masing-masing. Upaya pencocokan pun pada akhirnya hanya akan berakhir pada penistaan agama, karena seperti kata Karl Popper sains bersifat harus selalu bisa difalsifikasi, sehingga ketika teori sains salah maka ayat Quran yang dicocokan juga menjadi salah, sehingga kehilangan wibawanya. Selain itu, pencocok-cocokan Quran dengan sains hanya akan menjatuhkan kredibilitas Quran karena dibuat mengikuti ke manapun arah sains bergerak.

Yang membuat artikel Detik dan Republika semakin buruk lagi adalah penggunaan foto Professor Sean Ling secara sembarangan dan menyebarkan kebohongan tentang keberadaan professor palsu serta konjekturnya yang salah fatal. Maka dari itu penulis berharap agar kedua media ini segera mengklarifikasikan tulisan mereka dan membuat pernyataan maaf kepada Professor Sean Ling secara terbuka apabila tidak ingin kehilangan kredibilitasnya.


[1] http://www.dw.de/dw/article/0„16174131,00.html
[2] Merrill, Ronald T.; McElhinny, Michael W.; McFadden, Phillip L. (1996). "Chapter 8". The magnetic field of the earth: paleomagnetism, the core, and the deep mantle. Academic Press. ISBN 978-0-12-491246-5.)
[3] http://science.nasa.gov/science-news/science-at-nasa/2003/29dec_magneticfield/
[4] http://dx.doi.org/10.1016%2Fj.jhevol.2006.07.007
[5] http://www.imcce.fr/Equipes/ASD/person/Laskar/misc_files/Laskar_Joutel_Robutel_1993.pdf
[6] Al-Bidaya wa An-Nihaya karya Ibn Kathir


Sumber: http://cocologi.tumblr.com/post/29722010061/republika-dan-detik-menyebar-kebohongan-dan-kesalahan
Sent from BudiaanBerry® on 3

Republika dan Detik Menyebar Kebohongan dan Kesalahan pada Bulan Ramadhan? Republika dan Detik Menyebar Kebohongan dan Kesalahan pada Bulan Ramadhan? Reviewed by Afrianto Budi on Senin, Agustus 20, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini

Diberdayakan oleh Blogger.