TEMPO.CO, Jakarta -Ide relokasi pengikut Syiah dari Sampang, Madura, yang dicetuskan Gubernur Jawa Timur Soekarwo mendapat tentangan. Ketua Dewan Syuro Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia Jalaluddin Rakhmat mengatakan, pemindahan tempat tinggal umat Syiah bukan sebuah jalan keluar. Malah akan menimbulkan masalah baru. "Jangan direlokasi, nanti jadi preseden bagi warga lain," kata Kang Jalal, Kamis, 26 Agustus 2012.
Preseden yang dimaksud Kang Jalal, nantinya makin banyak orang yang mengganggu Syiah. Usai diserang, mereka bakal diusir dari wilayah itu. Sedangkan menurut Kang Jalal, orang Syiah memiliki hak untuk hidup damai, di mana pun. "Mengapa karena perbedaan agama mereka tidak boleh tinggal di sana?" kata dia.
Tak cuma itu, Kang Jalal beranggapan relokasi merupakan awal dari genosida, yakni pembunuhan besar-besaran yang dilakukan secara berencana terhadap satu bangsa. "Relokasi itu tahap sebelum dibunuh. They must not be here," ujarnya.
Untuk menghentikan konflik, ia melanjutkan, semestinya pemerintah bersikap tegas. Pelaku penyerangan dihukum. Sanksi itu nantinya bisa memberikan efek jera. Sehingga masyarakat bakal berpikir ulang bila mau menyerang Syiah.
Kali ini, kata Kang Jalal, pemerintah bukan cuma membiarkan, tapi mendorong konflik terus terjadi. "Sebab polisi malah menangkap korban penyerangan, Ustaz Tajul Muluk. Bukan si penyerang, Rois," ujarnya.
Soekarwo ingin merelokasi umat Syiah karena konflik di Sampang yang tak kunjung berhenti. Ia mengklaim dirinya bukan orang yang tak melindungi kaum minoritas. Namun Soekarwo melihat relokasi menjadi jalan terbaik agar tak timbul dendam dari keturunan Syiah di Sampang. "Saya akan bicara dengan IJABI, bagaimana solusinya," kata Sukarwo, 27 Agustus 2012.
Sumber: tempo.co
Preseden yang dimaksud Kang Jalal, nantinya makin banyak orang yang mengganggu Syiah. Usai diserang, mereka bakal diusir dari wilayah itu. Sedangkan menurut Kang Jalal, orang Syiah memiliki hak untuk hidup damai, di mana pun. "Mengapa karena perbedaan agama mereka tidak boleh tinggal di sana?" kata dia.
Tak cuma itu, Kang Jalal beranggapan relokasi merupakan awal dari genosida, yakni pembunuhan besar-besaran yang dilakukan secara berencana terhadap satu bangsa. "Relokasi itu tahap sebelum dibunuh. They must not be here," ujarnya.
Untuk menghentikan konflik, ia melanjutkan, semestinya pemerintah bersikap tegas. Pelaku penyerangan dihukum. Sanksi itu nantinya bisa memberikan efek jera. Sehingga masyarakat bakal berpikir ulang bila mau menyerang Syiah.
Kali ini, kata Kang Jalal, pemerintah bukan cuma membiarkan, tapi mendorong konflik terus terjadi. "Sebab polisi malah menangkap korban penyerangan, Ustaz Tajul Muluk. Bukan si penyerang, Rois," ujarnya.
Soekarwo ingin merelokasi umat Syiah karena konflik di Sampang yang tak kunjung berhenti. Ia mengklaim dirinya bukan orang yang tak melindungi kaum minoritas. Namun Soekarwo melihat relokasi menjadi jalan terbaik agar tak timbul dendam dari keturunan Syiah di Sampang. "Saya akan bicara dengan IJABI, bagaimana solusinya," kata Sukarwo, 27 Agustus 2012.
Sumber: tempo.co
Kang Jalal Tak Setuju Relokasi Warga Syiah, Madura
Reviewed by Afrianto Budi
on
Minggu, September 02, 2012
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini