Waktu aku nulis ini, aku sedang melihat tayangan tentang Coach Rahmat Darmawan. Aku mengagumi dia bukan karena aku ingin menjadi seperti dia. Aku hanya melihat bagaimana dia sungguh-sungguh mengenali panggilannya. Apa sih panggilan hidupku?
Setelah lulus SMA aku mendaftar asal-asalan di UNY. Aku juga mendaftar di seminari. Dan akhirnya, di seminari itulah aku melanjutkan studiku. Tanpa bekal niat untuk menjadi imam, aku tinggal di seminari. Banyak pengalaman berharga yang aku dapatkan di Mertoyudan, walau sampai kentunganpun aku pun tidak merasakan bahwa panggilan imamat itu aku dengar dan aku yakini sebagai kebenaran.
Yang aku tahu, setelah aku keluar seminari, aku tahu bahwa hidup sebagai awam adalah panggilan hidupku. Aku berjuang, aku semangat, dan aku bahagia setelah aku keluar seminari. Yap, ini panggilan hidupku.
Kini, aku pun kembali galau. Aku akan hidup sebagai apa? Masa depanku akan bekerja di mana? Akan menikah dengan siapa? Yang aku gelisahkan sekarang adalah langkah selanjutnya setelah aku wisuda. Aku sungguh-sungguh ingin segera bekerja. Tetapi kini, aku masih menganggur. Sepertinya, sebelum wisuda ini aku akan tetap menganggur. Yasudah, ndak papa. Aku sangat meyakini kalau pekerjaan itu sebagai suatu jodoh, juga sebuah panggilan hidup.
Aku harus sungguh-sungguh berdiskresi untuk hal yang satu ini. Apa pekerjaan yang baik untukku? Itulah ujianku sebagai seorang yang sedang mencari jati diri.
Belajar dari orang besar
Reviewed by Afrianto Budi
on
Senin, Januari 23, 2012
Rating: