Dalam buku Roh Baik dan Roh Jahat karangan Paul Suparno dan dalam Latihan Rohani St Ignatius Loyola, ada suatu ungkapan yang menarik tentang roh jahat atau iblis. Roh Jahat atau iblis itu berusaha bekerja dalam diri setiap orang dengan cara-cara yang berbeda sesuai dengan kematangan rohani seseorang.
Kalau orang itu tidak terlalu matang dalam hidup rohani, maka cukuplah Ibris menawarkan godaan yang mudah dibedakan, yaitu pertentangan antara hal yang jelas-jelas buruk dengan suara hati yang menyuarakan kebaikan. Misalnya: mencuri, melanggar lalu lintas, dan lain-lain.
Kalau orang yang cukup matang hidup rohaninya, maka iblis berusaha bekerja dengan cara yang lebih hebat. Dalam hal ini, manusia akan sulit mengambil keputusan karena kedua pilihannya sama-sama terkesan baik dan dalam hal tertentu dapat dibenarkan. Misalnya: memilih antara menolong orang kecelakaan atau berangkat ibadah. Bisa juga seseorang diberi pilihan yang sama-sama buruk, tetapi harus memilih salah satu (minus malum), misal berpoligami atau menceraikan istri pertama.
Kalau orang yang sangat matang hidup rohaninya, maka Iblis lebih hebat lagi. Iblis seolah dapat menyamar seperti malaikat, bahkan Tuhan. Iblis masuk ke dalam niat-niat baik seseorang. Misalnya saja, FPI yang merasa diri sangat suci didorong oleh Iblis (menurut saya lho, hehe) untuk mentung-mentungin Jemaat Ahmadiyah. Atau masyarakat yang melempari gereja dengan kotoran karena belum punya IMB. Atau hasrat yang mendorong beberapa ormas untuk menerapkan syariat agama tertentu sebagai perda. Atau mungkin bahkan godaan untuk menjadikan Republik Indonesia menjadi Negara Agama tertentu.
Maka, hati-hatilah terhadap golongan-golongan Iblis semacam itu. Jangan mudah merasa yakin kalau sudah rajin ibadah, sudah khatam hapal kitab suci, sudah menguasai tafsirnya juga, terus berpikir lepas dari jeratan Iblis. Semakin tinggi level hidup rohaninya, semakin hebat juga Iblisnya.
Berkah Dalem
Ada Iblis di Balik Ilusi Negara Agama?
Reviewed by Afrianto Budi
on
Senin, Juni 18, 2012
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini