banner image

Buku Porno Makin Menyebar, Mendikbud Kecolongan?

Description: 13391168041347075154

 Otak anak dapat diibaratkan sebagai gelas bersih. Jika air bening dimasukkan ke dalamnya, air bening itu akan bertahan lama. Sebaliknya, air bening akan menjadi keruh dan teramat sulit untuk diubah lagi menjadi air bening. Sekali keruh maka selamanya akan keruh kecuali terjadi penyulingan intensif. Maka, seyogyanya kita menjaga otak anak agar mereka tidak memiliki pikiran kotor yang dapat mengganggu konsentrasinya. Jika pikirannya terganggu, kecil kemungkinan cita-cita diri dan orang tuanya akan dicapai.
Kemarin dan semalam, banyak media memberitakan kasus menyeruaknya buku-buku porno ke sekolah-sekolah. Konon buku-buku ini dikirim dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jakarta. Oleh karena itu, Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota tidak mengetahui berita tentang pengiriman buku-buku dimaksud. Kepala sekolah selaku pihak penerima pun tidak dapat menolak kiriman itu. Maka, buku pun langsung dimasukkan dan dijadikan inventaris perpustakaan sekolah.
Namun, semua orang terperanjat setelah membaca buku-buku itu. Ternyata beberapa buku berisi konten porno atau menyerempet hal-hal porno. Seperti yang disiarkan semalam, buku-buku itu berisi kalimat-kalimat yang dinilai tidak pantas untuk anak-anak SD. Intinya, kalimat-kalimat itu berisi berciuman itu boleh, berciuman itu tidak akan menyebabkan kehamilan, dan cara berhubungan intim yang aman dari risiko hamil.
Secara pribadi, saya belum mendapatkan atau memeroleh buku-buku dimaksud. Saya telah berusaha mencari informasi untuk mendapatkan buku-buku itu, tetapi teman-temanku tidak memilikinya karena buku itu termasuk buku proyek. Jadi, buku itu tidak dijual bebas di pasaran. Jika benar buku itu berisi tentang konten porno, saya berpendapat bahwa Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kecolongan (lagi).
Belumlah hilang ingatan kita tentang kasus LKS di Jakarta yang dinilai sangat tidak layak untuk konsumsi anak. Masih teringat dengan segar kasus buku PKn yang mengajarkan komunisme. Masih menjadi perbincangan tentang buku agama Islam yang mem-visualisasi-kan fisik Nabi Muhammad SAW. Dan kini, buku porno dikirim dan diberikan kepada anak-anak SD. Mau dijadikan apa anak-anak kita nantinya jika buku itu telanjur dibacanya?
Description: 13391169161475187981
Mestinya buku diperiksa isinya sebelum disetujui penerbitannya.
Selama saya berkecimpung di dunia kepenulisan, saya memang sering mendengar semrawutnya manajemen kepengelolaan perbukuan. Konon buku harus dinilaikan dahulu ke Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Namun, saya pernah mendengar kabar bahwa buku cukup mendapat ISBN dari Perpustakaan Nasional. Lalu, saya juga pernah diberi tahu bahwa semua buku merupakan hak dari Pusat Kurikulum dan Pusat Perbukuan (Puskurbuk) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jika semua lembaga rebutan wewenang, maka wajarlah buku-buku itu tidak terkontrol lagi.
Bukanlah berita baru bahwa buku adalah duit. Semua pintu yang mengesahkan naskah harus mendapat “upeti” agar penerbitan naskah itu dipermudah. Tentunya penerbit tidak dapat mengelak dari permintaan itu. Maka, banyak penerbit tidak lagi memerhitungkan kualitas isi buku, tetapi mengejar kuantitas naskah. Dan di sinilah petaka itu terjadi: konten porno lolos sensor!
Kini, Pak Mendikbud mestinya segera menyadari bahwa penataan SOTK alias struktural manajemen eselon 2 harus direvisi. Pak Mendikbud mestinya memberlakukan efisiensi jabatan seraya memangkas kewenangan beberapa pejabat eselon dua yang tidak memiliki relevansi dengan buku secara langsung. Semua ini perlu dilakukan agar kontrol kualitas buku dapat dilakukan lebih mudah. Namun, apakah Pak Mendikbud berani melakukan gebrakan itu? Kita tunggu….!!

Teriring salam,
Sumber gambar: Sini

Buku Porno Makin Menyebar, Mendikbud Kecolongan? Buku Porno Makin Menyebar, Mendikbud Kecolongan? Reviewed by Afrianto Budi on Jumat, Juni 08, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini

Diberdayakan oleh Blogger.