banner image

Islam Yang Satu Hanyalah Ilusi.


“Satu Islam” adalah ilusi. Islam, seperti ditunjukkan oleh sejarahnya, adalah berwarna. Sejarah Islam menyaksikan betapa perbedaan menafsirkan Islam sudah berlangsung hanya sebentar setelah Rasulallah Muhammad wafat. Silang-sengketa bahkan sempat menumpahkan darah. Tiga dari empat khalifah pertama tewas terbunuh.
Dan berabad kemudian, bersama menyebarnya Islam ke berbagai pelosok dunia, kita menyaksikan Islam yang demikian beragam. Ada dua aliran besar dalam Islam: Sunni dan Shiah. Dalam Sunni sendiri ada empat mazhab yang dikenal. Ahmadiyah, salah satu sekte yang populer di Pakistan, punya dua pecahan: Lahore dan Qadian. Ada ratusan kelompok tarekat (sufi) di seluruh dunia yang masing-masing boleh dikatakan khas. Bercampur dengan politik dan tradisi, kita juga mengenal dua organisasi besar Islam di Indonesia yang berbeda watak: Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Bagi orang Muhammadiyah, hanya ada “satu Islam” seperti yang dipahaminya. Demikian pula bagi kaum Nahdlyin. Bagi orang Iran, Shiah adalah “Islam yang satu” seperti bagi orang Malaysia Sunni itu “Islam yang satu” pula. Islam tidak unik dalam keragamannya. Semua agama –Yahudi, Kristen, Buddha dan Hindu– mengenalnya. Tidak unik pula bahwa, dibaurkan oleh kepentingan politik, ekonomi dan identitas budaya, masing-masing pecahan agama saling bersaing untuk merebut pengaruh. Minus perang dan persengketaannya yang berdarah, keragaman mazhab dalam satu agama itu adalah keindahan sekaligus keniscayaan.
Keragaman dalam madzhab inilah yang menyebabkan mustahil-nya terwujud Islam yang satu. Slogan untuk mewujudkan Islam yang satu dengan cara kembali kepada Aquran dan hadist menjadi tidak bermakna. Sebab, terjadinya keragaman madzhab, justru terjadi karena seluruh madzhab kembali kepada teks2 dalam Alquran dan hadits. NU yang memakai doa qunut pada shalat subuh atau Muhammadiyyah yang tak ber-qunut merupakan contoh nyata dari perbedaan yang terlahir disebabkan oleh kembali kepada Alquran dan Hadist Nabi Saww.
Quraisy Syihab dalam buku “membumikan Alquran” menyatakan, “tidak berlebihan jika dikatakan bahwa redaksi ayat2 Alquran merupakan salah satu penyebab timbulnya perbedaan pendapat di kalangan umat, apalagi ada ayat2 “mutasyabih (samar dalam artinya), yang bukan hanya artinya diperselisihkan, tetapi juga penetapan ayat2-nya.”
Mahmud Syaltut dalam bukunya “Muqarranah al-madzahib fi al-fiqh” berpendapat senada dengan Quraisy Syihab. Bahkan Syaltut menyebutkan, setidaknya ada enam faktor yang mengakibatkan perbedaan pendapat di kalangan ulam Islam. salah satu faktor yang paling disorot ialah menyangkut periwayatan hadist. Beliau -Syaltut- mengatakan, bahwa satu hadist mungkin diterima ke-shahih-annya oleh seorang ulama, tetapi tidak diketahui, bahkan ditolak, ke-shahiha-annya oleh ulama yang lain.
Dengan menimbang pelbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perselisihan pendapat di kalangan umat, dapat dipastikan bahwa mewujudkan Islam yang satu hanyalah sebuah ilusi, sebuah impian belaka. Karena realita berkata sebaliknya. Memaksakan Islam yang satu hanya akan mengulang tragedi berdarah pertikaian antar madzhab. Terlebih memaksakan “satu Islam” kepada semua penganut Islam, sebaliknya, tentulah menyalahi watak toleransi Islam.
Tidak terwujudnya Islam yang satu bukan berarti kita telah mengkotak-kotakan Islam dalam wadah yang sempit. Tetapi lebih kepada kesediaan untuk menerima ambiguitas manusia: “Kita mempercayai sesuatu yang mutlak, tapi mentoleransi kemungkinan orang lain mempercayai kemutlakan berbeda.” Menerima kemutlakan sekaligus mengakui relativitas adalah keniscayaan orang dalam beragama seraya bisa hidup berdamai dengan manusia lain.
Dan Islam yang satu hanya bisa terwujud takkala kita menyadari keragaman penafsiran dalam Islam serta mentoleransi setiap perbedaan yang ada tanpa caci maki, pelbagai tuduhan murtad dan kafir, kekerasan dalam pelbagai wujud. Hidup Islam….Hidup perbedaan…..hidup toleransi!

Oleh: Dewa Gilang
Islam Yang Satu Hanyalah Ilusi. Islam Yang Satu Hanyalah Ilusi. Reviewed by Afrianto Budi on Kamis, Juni 07, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini

Diberdayakan oleh Blogger.