Percuma, mengkritik kehidupan beragama di Indonesia. Sekali kritik keluar, maka "bantahan" dan sanggahan lah yang akan keluar. Maka kubilang percumah.
Sejak mengenal gusdur sih saya sungguh-sungguh kagum dengan perjuangan teman-teman NU dalam membina toleransi. Tapi untuk yang lain, rasanya harus menunggu lahirnya Gusdur-Gusdur lain non-NU. Aku berdoa agar muncul sosok-sosok karismatik seperti beliau yang sungguh-sungguh dikagumi, lalu membawa umatnya pada toleransi.
Di kompasiana, mengkritik kehidupan beragama sama sekali tidak bermanfaat. Bukan keterbukaan dan sikap ingin mendengarkan yang menonjol, tapi justru mencibir dan mencari-cari kelemahan.
Autokritik oleh sesama pemeluk agamapun rasa-rasanya mubazir. Salah nulis istilah saja, itu sudah menjadi bahan tudingan dan sasaran pengkafiran. Sungguh sikap yang memalukan...
Sent from BudiaanBerry® on 3
Sejak mengenal gusdur sih saya sungguh-sungguh kagum dengan perjuangan teman-teman NU dalam membina toleransi. Tapi untuk yang lain, rasanya harus menunggu lahirnya Gusdur-Gusdur lain non-NU. Aku berdoa agar muncul sosok-sosok karismatik seperti beliau yang sungguh-sungguh dikagumi, lalu membawa umatnya pada toleransi.
Di kompasiana, mengkritik kehidupan beragama sama sekali tidak bermanfaat. Bukan keterbukaan dan sikap ingin mendengarkan yang menonjol, tapi justru mencibir dan mencari-cari kelemahan.
Autokritik oleh sesama pemeluk agamapun rasa-rasanya mubazir. Salah nulis istilah saja, itu sudah menjadi bahan tudingan dan sasaran pengkafiran. Sungguh sikap yang memalukan...
Sent from BudiaanBerry® on 3
Percuma, mengkritik kehidupan beragama di Indonesia.
Reviewed by Afrianto Budi
on
Senin, Agustus 06, 2012
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini