“Heh! Kamu terlambat lagi! Lihat, burung
peliharaanku hari ini tidak mau berkicau gara-gara terlambat kau beri
makan. Makanya, jangan cuma bisa menuntut hak. Jangan cuma bisa menuntut
agar saya mematuhi peraturan UMR! Perhatikan kewajibanmu! Imbangi
dengan semangat kerja yang tinggi!” bentak Pak Panurata yang marah
karena pembantunya terlambat datang.
“Maaf, Pak….”
“Tiada maaf bagimu! Kalau memang sudah tidak berniat bekerja di sini lagi, besok pagi silakan kamu mencari kerja di tempat lain saja!”
“Sekali lagi, maaf Pak. Saya tadi sudah berusaha berangkat lebih awal tapi di tengah jalan saya terpaksa berhenti. Ada kerumunan orang di dekat pasar, Pak. Setelah saya tengok, di tengah-tengah kerumunan itu ternyata ada istri Bapak yang sedang kambuh epilepsinya. Maaf, Pak, saya terpaksa membawanya ke rumah sakit. Itu sebabnya saya terlambat datang.” (Merenung Sambil Tersenyum)
sumber
“Maaf, Pak….”
“Tiada maaf bagimu! Kalau memang sudah tidak berniat bekerja di sini lagi, besok pagi silakan kamu mencari kerja di tempat lain saja!”
“Sekali lagi, maaf Pak. Saya tadi sudah berusaha berangkat lebih awal tapi di tengah jalan saya terpaksa berhenti. Ada kerumunan orang di dekat pasar, Pak. Setelah saya tengok, di tengah-tengah kerumunan itu ternyata ada istri Bapak yang sedang kambuh epilepsinya. Maaf, Pak, saya terpaksa membawanya ke rumah sakit. Itu sebabnya saya terlambat datang.” (Merenung Sambil Tersenyum)
sumber
Ketika Mulut Lebih Cepat Daripada Kepala
Reviewed by Afrianto Budi
on
Rabu, Mei 09, 2012
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini