Sejarah telah mencatat, bagaimana hubungan antara Islam dan Kristen
selalu mengalami pasang surut. Adakalanya harmonis, adakalanya
sebaliknya. Bahkan tak jarang hubungan ini menimbulkan kecurigaan dari
kedua belah pihak, mengingat bahwa keduanya merupakan agama misionaris.
Dalam Islam sendiri, Kristen mempunyai tempat yang khusus pada Alquran dan sejarah Nabi Saww.
Sebagai contoh, yaitu bagaimana Alquran menggunakan kata Nasrani, daripada kafir, sebagai seruan kepada orang2 Kristen kala itu.
Juga bagaimana Alquran demikian memuliakan Yesus dan Ibunda-Nya, meskipun dengan sudut pandang yang berbeda. Bahkan Alquran menganugerahkan Maryam (ibunda Yesus) sebagai salah satu nama surat dalam Alquran.
Hubungan harmonis antara kedua agama dapat kita temukan pada sejarah Nabi Saww. Kita dapat melacaknya dari raja Mesir, Patriak Alexandria, yang beragama Nasrani dengan Nabi yang beragama Islam. Patriak ketika itu, bahkan, mengirimkan seorang putri Mesir, Mariyyah, yang kemudian menjadi ibu dari Ibrahim, putra Nabi Saww.
Ketika Kerajaan Romawi yang beragama Kristen kalah dalam peperangan melawan Kerajaan Persia yang menyembah api, kaum Muslim bersedih hati.
Sebaliknya, ketika kaum Muslim diteror di Makah, Raja Abasania (Etophia) yang beragama Kristen justru menerima suaka muslimin. Hingga ada hadist yang menyebutkan bahwa Nabi Saww menshalat-kan janazah secara ghaib terhadap raja tersebut. Hadist yang menjadi perdebatan panjang di antara para ulama Islam.
Mengingat demikian serasinya kedua agama tersebut, tak pelak kita menuding adanya faktor politik yang selama ini menjadi penghancur keharmonisan antara Islam dan Kristen.
Sejarah perang salib yang lebih kental nuansa politisnya, akhirnya memulai babak baru pertikaian Islam dan Kristen. Meskipun demikian, masih terselip kisah harmonis antara Sultan Saladin dengan King Richard ketika itu.
Di Indonesia pun tak jauh berbeda. Kerusuhan2 yang mengatasnamakan agama pemicunya adalah hal yang bukan agama itu sendiri. Entah sentimen suku atau ada muatan politis di dalamnya.
Karenanya, mengingat isu agama adalah isu yang paling sensitif, sehingga mudah untuk ditunggangi berbagai kepentingan, maka kita setidaknya harus menengok ke belakang. Baik pihak Islam maupun Kristen harus mempertimbangkan lembaran sejarah yang tertulis dengan tinta emas tentang bagaimana harmonisnya hubungan Islam dan Kristen pada masa lampau. Kita bersaudara walaupun berbeda. Kita sebangsa walaupun tak seagama.
Oleh: Dewa Gilang
Sumber
Dalam Islam sendiri, Kristen mempunyai tempat yang khusus pada Alquran dan sejarah Nabi Saww.
Sebagai contoh, yaitu bagaimana Alquran menggunakan kata Nasrani, daripada kafir, sebagai seruan kepada orang2 Kristen kala itu.
Juga bagaimana Alquran demikian memuliakan Yesus dan Ibunda-Nya, meskipun dengan sudut pandang yang berbeda. Bahkan Alquran menganugerahkan Maryam (ibunda Yesus) sebagai salah satu nama surat dalam Alquran.
Hubungan harmonis antara kedua agama dapat kita temukan pada sejarah Nabi Saww. Kita dapat melacaknya dari raja Mesir, Patriak Alexandria, yang beragama Nasrani dengan Nabi yang beragama Islam. Patriak ketika itu, bahkan, mengirimkan seorang putri Mesir, Mariyyah, yang kemudian menjadi ibu dari Ibrahim, putra Nabi Saww.
Ketika Kerajaan Romawi yang beragama Kristen kalah dalam peperangan melawan Kerajaan Persia yang menyembah api, kaum Muslim bersedih hati.
Sebaliknya, ketika kaum Muslim diteror di Makah, Raja Abasania (Etophia) yang beragama Kristen justru menerima suaka muslimin. Hingga ada hadist yang menyebutkan bahwa Nabi Saww menshalat-kan janazah secara ghaib terhadap raja tersebut. Hadist yang menjadi perdebatan panjang di antara para ulama Islam.
Mengingat demikian serasinya kedua agama tersebut, tak pelak kita menuding adanya faktor politik yang selama ini menjadi penghancur keharmonisan antara Islam dan Kristen.
Sejarah perang salib yang lebih kental nuansa politisnya, akhirnya memulai babak baru pertikaian Islam dan Kristen. Meskipun demikian, masih terselip kisah harmonis antara Sultan Saladin dengan King Richard ketika itu.
Di Indonesia pun tak jauh berbeda. Kerusuhan2 yang mengatasnamakan agama pemicunya adalah hal yang bukan agama itu sendiri. Entah sentimen suku atau ada muatan politis di dalamnya.
Karenanya, mengingat isu agama adalah isu yang paling sensitif, sehingga mudah untuk ditunggangi berbagai kepentingan, maka kita setidaknya harus menengok ke belakang. Baik pihak Islam maupun Kristen harus mempertimbangkan lembaran sejarah yang tertulis dengan tinta emas tentang bagaimana harmonisnya hubungan Islam dan Kristen pada masa lampau. Kita bersaudara walaupun berbeda. Kita sebangsa walaupun tak seagama.
Oleh: Dewa Gilang
Sumber
Menguak Hubungan Islam Kristen yang Harmonis
Reviewed by Afrianto Budi
on
Selasa, Juni 05, 2012
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini