Pengantar
AKHIR-AKHIR ini, Istilah fundamentalisme acap kali terdengar dan
dipakai. Tercatat telah ada dua kompasioner yang memakai kata tersebut,
yaitu Om Katrokelana dan Om Mukti Ali. Namun makna yang
sesungguhnya masih belum jelas, terlalu umum dan rentan akan
perubahan. Meski tersirat dalam hati fundamentalisme bisa dimaknai;
keteguhan dan kekakuan.
Kata
fundamentalisme banyak dipakai untuk makna-makna tertentu, tapi
dalam kondisi lain terkadang kehilangan kemampuan memberi
batasan secara jelas dari maksud yang dituju, kadang sampai jauh
melenceng dari makna aslinya. Kondisi semacam ini sering
disebabkan oleh sesuatu yang masih bersifat nisbi. Kita bisa
menemukan dengan mudah hal-hal yang bersifat fundamental dalam
bentuk apapun di setiap masyarakat, seperti membersihkan got -misalnya.
Namun ketika berbicara mengenai makna,akar serta sejarah
fundamentalisme, di situ kita berhenti pada satu titik.
Pada
sisi lain, makna fundamentalisme mengalami penyempitan,
terbatas pada agama dan kebudayaan dan lebih disempitkan lagi
dihubungkan dengan Islam. Maka dengan serta merta kata
fundamentalisme—bagi orang yang sudah terpengaruh oleh media
massa Barat—akan langsung diidentikkan dengan golongan Islam
politik. Asumsi di atas erat kaitannya dengan Revolusi Iran.
Sehingga fundamentalisme disamakan dengan Islam atau Islam
politik.
Artikel ini juga berusaha menjelaskan perkembangan makna, kondisi
sejarah, dan sebab-sebab lahirnya Islam fundamentalis dan
fundamentalisme-fundamentalisme yang lain. Demikian juga sejauh mana
interaksi fundamentalisme dengan fakta dan sejarah. Permasalahan ini merupakan satu upaya positif untuk mengembalikan makna yang selalu berubah.
Juga
menimbang betapa simpang siurnya penggunaan istilah fundamentalisme
dalam rumah sehat Kompasiana. Saya cukup tergerak hatinya untuk mencari
apa fundamental itu, siapa fundamentalis, dan mengapa timbul
fundamentalisme. Mudah2an Allah Swt senantiasa memberi kemudahan bagi
saya untuk melanjutkan artikel ini hingga tema; apa pendapat barat
tentang gerakan fundamental dalam Islam. Dan bagaimana pandangan barat
sendiri terhadap gerakan fundamental yang ada di negeri barat sendiri.
Adapun kesulitan yang paling terbesar, jelas, adalah menghadirkan serta
mencari sumber bacaan yang menjadi rujukan dalam menulis artikel ini.
Alhamdulillah pada perpustakaan mentor saya tersedia beragam macam buku
yang membahas tentang fundamentalisme ini,baik dari sisi Islam maupun
Barat. Akhirnya saya yang dhaif ini mengucapkan beribu terima kasih
kepada kompasioner Black Horse, yang andaikata tak ada diskusi dengan
Beliau, tentu tak akan tergerak hati saya untuk menulis artikel ini.
Definisi Fundamental.
Kata Fundamental
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ke-2 tahun 1991,
berarti ‘bersifat dasar atau pokok atau mendasar’. Kata tersebut
berasal dari kata ‘fundamen’ yang artinya asas, dasar, atau hakikat.
Tetapi pada kamus yang sama kata ‘fundamentalis’ diartikannya sebagai
“penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner yang
selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang
tersurat di dalam kitab suci.”
Arti yang diberikan
oleh KBBI sebagian benar dan sebagian mengandung unsur bias yang
subyektif dari kelompok tertentu. Kata ‘kolot’ dan ‘reaksioner’ itu
aspek subyektif yang ditambahkan oleh team editor yang bias dan tidak
bijaksana, kecuali jika kitab suci agama tersebut adalah benar-benar
kolot.
Sebab dua kata
tambahan itu tidak cocok dengan arti kata fundamen dan fundamental yang
memiliki arti positif. Padahal tambahan akhiran ‘is’ hanyalah menunjuk
kepada orang, tanpa merubah arti dasar katanya. Kalau kata fundamental
berarti dasar atau asas, maka fundamentalis tentu berarti orang yang
memegang teguh asas atau dasar. Jika tanpa kata-kata bias subyektif
tersebut maka arti kata fundamentalis adalah “penganut gerakan keagamaan yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat di dalam kitab suci.
Jadi jika kita merenungkan makna kata fundamental, maka gerakan fundamental adalah gerakan yang positif karena menuju ke ajaran agama yang asli
seperti yang tersurat di dalam kitab suci. Walaupun pada prakteknya,
seorang fundamentalisme cenderung anarkis. Tak heran mengingat kekakuan
mereka dalam menafsirkan pelbagai teks kitab suci, dan lebih
mengedepankan arti secara tekstual ketimbang kontekstual.
Lalu selanjutnya
apakah dan akankah gerakan fundamental itu membawa kedamaian dan
ketentraman bagi masyarakat atau sebaliknya, tentu tergantung pada
hakikat penafsiran terhadap kitab suci yang diusung oleh para
fundamentalis. Menimbang arti kata fundamentalisme sendiri ialah paham
untuk kembali kepada sumber-sumber yang murni. Dan itu hanya bisa
dicapai dengan kembali merujuk kepada kitab suci.
Oleh karenanya.
gerakan fundamentalisme tidak hanya terjadi dalam Islam saja. Sebaliknya
gerakan fundamentalisme juga ada pada agama -maaf- Kristen, bahkan pada
semua agama dan aliran kepercayaan di dunia. Walau pada akhir2 ini,
terutama sesudah terjadinya revolusi Iran, orang -barat-khusunya-
cenderung mengaitkan kata fundamental, fundamentalis dan fundamentalisme
kepada Islam.
Oleh: Dewa Gilang
Mengungkap Fundamentalisme Dalam Islam
Reviewed by Afrianto Budi
on
Selasa, Juni 05, 2012
Rating:
Tidak ada komentar:
Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini