banner image

Semangat Khawarij Yang Tersisa: Fenomena Saling Mengkafirkan

Bagi para pembaca setia sejarah (ta’rikh) Islam di masa lalu, tentu tak asing lagi dengan kelompok Khawarij. Pada awalnya kelompok ini mendukung kepemimpinan Sayyidina Ali Kwh, dan ikut berperang menghadapi Muawiyyah. Di kemudian hari, kelompok ini menentang keduanya, baik Ali maupun Muawiyyah. Mereka tak terima atas keputusan Ali yang menerima tawaran gencatan senjata dari kubu Muawiyyah. Akhirnya mereka memilih keluar dari kedua kelompok itu.
Tidak hanya sekedar menyempal alias membentuk kelompok sendiri, tetapi mereka juga mengkafirkan keduanya. Kelompok ini pula yang mempopulerkan slogan “La Hukma Illa Billah”, tak ada hukum selain hukum Allah. Dan semenjak itu wacana dan ucapan kafir-mengkafirkan sesama muslim tercatat dimulai dalam sejarah Islam.
Sebenarnya wacana kafir-mengkafirkan tidak terjadi pada agama Islam saja. Agama Kristen-pun mengalami fenomena tersebut. Tercatat dalam sejarah gereja, bagaimana Kristen Katolik mengkafirkan saudaranya yang Protestan, demikian pula sebaliknya. Tetapi Kristen dengan baik telah keluar dari fenomena itu. Sementara muslim masih disibukkan dengan isu-isu sensitif dalam arti tekstual agama, yang akhirnya memunculkan perkataan saling mengkafirkan terhadap sesama muslim.
Dari Khawarij-lah,kita umat Islam melacak bagaimana fenomena kafir=mengkafirkan itu terjadi. Pada awalnya, Alquran menggunakan kata kafir bukan merujuk kepada agama atau kelompok tertentu. Ingat Alquran selain menggunakan kata kafir juga menggunakan istilah lainyya, seperti musyrik -misalnya. Tetapi pada perkembangannya, penggunaan istilah kafir justru merujuk kepada agama tertentu, bahkan terhadap kelompok yang memiliki pendapat berbeda.
Kiranya masih ada semangat khawarij yang tertinggal di dalam diri setiap muslim. Sebab jika kita melacak Khawarij pada kelompok tertentu,niscaya kita tak akan pernah menemukannya. Khawarij tidak pernah masuk ke Indonesia. Ia keburu punah tergerus oleh zaman. Tetapi karakteristiknya dijadikan model oleh sebagian orang sehingga muncullah fenomena kafir-mengkafirkan di antara kita.
Dalam buku Islam Aktual, kang Jalal mengungkap setidaknya ada dua tanda-tanda Khawarij. Berikut penelusurannya:
1. Pemahaman yang formalitis.
Khawarij sangat patuh pada teks-teks formal Alquran dan Al-Hadist. Mereka hampir tak dapat menangkap yang tersirat. Mereka mengambil apa saja yang tersurat.
Sebagai contoh, mereka mewajibkan wanita haidh untuk berpuasa. Alasannya, menurut Alquran mereka tidak termasuk yang dibebaskan dari kewajiban berpuasa. Wanita Haidh tidak termasuk yang sakit,berpergian atau yang tidak mampu berpuasa.
2. Patuh ritual, kurang Ukhuwaah (semangat persaudaraan).
Orang Khawarij terkenal sangat patuh menjalankan ibadah yang bersifat ritual. Tetapi kaku dalam hubungan sosial.Meminjam istilah Gus Mus, Khawarij itu hanya melakukan ritual salih, tapi tidak ritual sosial.
Mereka rajin bangun tengah malam. Siangnya berpuasa sunnah. Dahi mereka hitam sebagai tanda bekas sujud. Bila dibacakan ayat2 neraka kepadanya,mereka langsung menangis. Tak jarang dalam shalat-pun mereka terisak-isak. Walau demikian patuhnya mereka menjalankan ritual, jangan harap mereka berbuat sama dalam hal persaudaraan. Orang Khawarij akan dengan gampangnya mengkafirkan seseorang yang tidak masuk ke dalam kelompok mereka.
Jadi kiranya semangat khawarij yang masih tertinggal dalam individu beragama. Khawarij boleh saja punah, karakternya yang tersisa. Hingga kita akan dengan mudah menemukan fenomena kafir-mengkafirkan disebabkan hal yang sepele. Entah ditujukan kepada individu beragama lain atau, bahkan kepada saudaranya sesama muslim.
Kiranya setiap dari kita menahan lidah agar tak mudah mengkafirkan orang lain. Menimbang Nabi Saww bersabda; bahwa bila perkataan kafir tidak terbukti, maka ia berbalik kepada orang yang mengucapkannya. Sesungguhnya kebenaran hanya milik Tuha semata. Karenanya dalam kehidupan sufi dikenal adagium; Iman menurut Allah, tetapi tidak menurut manusia.
Alangkah baiknya kita menghargai setiap perbedaan pendapat, dan juga tidak terlalu mudah men-genalisir suatu masalah. Jangan hanya karena berbeda pendapat atau bercerita tentang Arab, maka berarti anti Islam dan anti arab.

Oleh Dewa Gilang
Sumber
Semangat Khawarij Yang Tersisa: Fenomena Saling Mengkafirkan Semangat Khawarij Yang Tersisa: Fenomena Saling Mengkafirkan Reviewed by Afrianto Budi on Selasa, Juni 05, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini

Diberdayakan oleh Blogger.