banner image

Allahuakbar Kok Mukul?!

ibaca: 736   Komentar: 22   2 dari 2 Kompasianer menilai aktual

images.tempo.co
images.tempo.co

Allahuakbar Kok Mukul. Itu adalah tulisan yang ada di poster yang dibawa oleh salah seorang teman dari Gerakan Rakyat Yogyakarta Anti Kekerasan (GERAYAK) di Tugu Jogja pada hari Jumat kemarin. Massa gabungan dari berbagai elemen masyarakat Yogyakarta ini mengecam keras dan menuntut supaya pelaku kekerasan terhadap diskusi buku “Allah: Liberty and Love” karya Irshad Manji di Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS), Rabu malam (09 Mei) lalu diadili.
Poster itu mengingatkan kita pada kekerasan-kekerasan atas nama agama yang terjadi di Indonesia selama ini. Saya tidak lagi menuduh FPI sebagai pelaku utama, karena kenyatanya beberapa ormas selain FPI yang mengaku gerakan Islam telah banyak kali melakukan tindakan intoleransi. Dalam kaitannya dengan pembagunan gereja, misalnya. Ada celah hukum sedikit saja, mereka datang jauh-jauh dari berbagai kota mengepung dan menggrudug bangunan gereja. Bahkan tak jarang anarkisme itu menjatuhkan korban dari umat yang sedang beribadah. Kasus GKI Yasmin atau HKBP Filadelfia menjadi contoh nyata di mana seruan Allahuakbar yang berarti Allah Maha Besar sungguh-sungguh tidak dapat dirasakan oleh umat kristen tersebut.
Indonesia bagian mana yang aman dari kekerasan atas nama agama? Yogyakarta yang adhem ayem dalam hal toleransi umat beragama akhir-akhir ini juga mulai terkoyak. Penolakan diskusi buku karya Irshad Manji yang rencananya diadakan oleh UGM ditolak oleh beberapa ormas Islam. Bahkan, terjadi kekerasan dan pemukulan ketika diskusi itu diadakan di Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Yogyakarta. Beberapa saat yang lalu juga terjadi aksi protes pembangunan tempat ibadah Gua Maria di Dusun Sengon Kerep, Desa Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul DI Yogyakarta. Menurut Sultan, orang-orang yang melakukan aksi itu ternyata bukan orang Gunung Kidul, melainkan massa yang datang dari luar wilayah DI Yogyakarta seperti Solo, Klaten, dan Prambanan. Massa saat itu menolak pembangunan tempat ziarah itu karena dinilai tidak memiliki izin. Sungguh lucu: jauh-jauh dari tempat yang bermacam-macam lalu mengadakan pengajian. Bukannya tambah toleran berkat pengajian, keonaran justru menjadi buahnya.
Direktur Center for Study Religion and Culture (CSRC) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Irfan Abu Bakar, menilai konsep kebebasan beragama dalam agama Islam masih tak jelas. “Untuk sebagian orang, kebebasan beragama dianggap berbahaya,” kata Irfan dalam diskusi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Tempo.co, 14/5/2012). Islam sebagai agama yang cinta damai tentu akan ternoda oleh tindakan ormas-ormas garis keras yang menentang toleransi dan kebebasan beragama.
Dunia pun akhirnya menyoroti intoleransi di Indonesia. Negara-negara mulai mempertanyakan keadaban Indonesia dalam beragama. Negara-negara itu di antaranya Denmark, Jerman, Norwegia, Slovenia, dan Britania Raya. Mereka mempertanyakan laporan HAM Indonesia yang dikirimkan ke Dewan HAM PBB pada Februari lalu. Negara-negara itu juga secara spesifik mempertanyakan penyerangan terhadap pemeluk agama minoritas dan penyerangan gereja sejak 2009. Atas laporan para penggiat HAM beberapa waktu yang lalu, Indonesia akan dimintai keterangan terkait maraknya kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan dalam sidang berkala  Dewan HAM PBB di Jenewa Swiss 23 Mei nanti.
Entah rekomendasi apa yang akan diberikan oleh dewan HAM PBB Rabu besok. Tetapi sudah jelas bahwa penegakan hukum harus segera ditegakkan oleh negara agar seruan Allahuakbar di jalanan tidak lagi menjadi momok yang menyeramkan bagi minoritas, tetapi menjadi berkat bagi sesama.
Damailah Indonesiaku.
Allahuakbar Kok Mukul?! Allahuakbar Kok Mukul?! Reviewed by Afrianto Budi on Senin, Mei 28, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Terimakasih Anda sudah mengunjungi blog ini

Diberdayakan oleh Blogger.